Pariwisata Termahsyur Indonesia 2011
Bandung, ibu kota Jawa Barat, adalah tempat yang indah yang dapat Anda kunjungi kapan saja sepanjang tahun karena Bandung tidak hanya terkenal dengan panorama pemandangan alam yang indah, akan tetapi, Bandung juga menawarkan banyak daya tarik wisata yang patut Anda kunjungi. Bandung berdiri di akhir abad ke-19 yang dulunya merupakan kota pertahanan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Namun dengan cepat, kota ini menjadi tujuan wisata karena keindahan dan keunikannya.
Bandung terhampar 768 meter di atas permukaan laut yang menjadikannya berudara sejuk. Berjajarnya bangunan kuno bergaya Art Deco, dan sejarahnya sebagai tujuan rekreasi dan belanja para pelancong dalam dan luar negeri, maka Bandung dahulu dijuluki sebgai “Paris of Java” atau Paris van Java.
Saat ini Bandung menjadi salah satu kota tersibuk di Indonesia. Terlebih sejak dibukanya Tol Cipularang yang menghubungkan Bandung-Jakarta, maka banyak orang Jakarta yang datang ke Bandung saat akhir pekan untuk berjalan-jalan, bersantai, atau menghilangkan kepenatan dari rutinitas ibu kota yang sesak.
Sebuah kaleidoskop penuh warna dapat Anda mulai dari tempat perbelanjaan (factory outlet, butik, distro, dan mall), gemerlapnya malam, berbagai macam kuliner bercita rasa, bangunan-bangunan berarsitektur Art Deco yang megah, juga kesenian tradisional yang mengagumkan merupakan alasan mengapa Anda selayaknya datang ke kota unik ini.
Kota Bandung dapat memberikan Anda pengalaman tersendiri yang bersifat pribadi dan unik, karena memang inilah yang diharapkan oleh masyarakat Bandung kepada setiap pengunjungnya.
Jangan lewatkan untuk mengamati bagaimana langgam Art Deco dari bangunan-bangunan di Kota Bandung. Langgam Art Deco cukup populer di Indonesia, khususnya pada gedung-gedung lama hasil rancangan arsitek Belanda di Indonesia sekitar tahun 1920-an. Banyak gedung yang didirikan dari periode tersebut dianggap mewakili arsitektur Art Deco, dan koleksi terlengkap konon terdapat di Kota Bandung.
Lagam Art Deco yang berasal dari Perancis merupakan suatu campuran arsitektur yang mengagumkan dari beragam gaya, termasuk gaya Eropa masa lampau, arsitektur Maya, Aztec, dan China, serta gaya modern yang dipengaruhi kubisme, futurisme, dan ekspresionisme. Amati oleh Anda bagaimana gaya dekoratifnya yang megah dan elegan ini memiliki karakter bentuk geometris yang kuat, warna mencolok, dan garis yang tajam.
Tahun 2001 Kota Bandung dianugerahi predikat peringkat 9 dari 10 World Cities of Art Deco sebagai kota yang banyak memiliki koleksi gedung lama berlanggam Art Deco. Beberapa gedung yang sering ditafsirkan berlanggam Art Deco di Bandung adalah Hotel Preanger, Hotel Savoy Homann, Bank Jabar, Jaarbeurs, Gedung Merdeka, serta beberapa pertokoan lama di sepanjang Jalan Braga.
Khusus untuk Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pertama tahun 1955, awalnya bernama Societeit Concordia. Dibangun tahun 1895 sebagai gedung klub, kemudian direkonstruksi tahun 1921 oleh CP Wolff Schoemaker. Nuansa konservatif terlihat kental pada pintu masuk utama dengan adanya pilar silinder sederhana bergaya Eropa yang dipercantik dengan lampu kaca pada puncaknya. Demikian juga tempelan ornamen berbentuk geometris pada bidang-bidang vertikal yang memisahkan jendela-jendela memperlihatkan unsur Eropa, gabungannya dengan aksen tradisional berupa ukiran-ukiran pada bagian sudut atas bangunan tampak menarik walaupun tidak dominan. Pada bagian sisi kanan terlihat kesederhanaan unsur modern dengan massa bangunan yang berbentuk bundar dan melingkar mengikuti pola jalan, berbeda dengan penyelesaian massa pada sisi kiri yang cenderung klasik. Selain anda mengamati arsitekturnya maka jangan ragu untuk masuk ke dalam museumnya mengingat kembali bagaimana berlangsungnya Konferensi Asia Afrika yang pertama kali dan telah mempengaruhi pandangan politik negera-negara di Asia dan Afrika.
Bandung terhampar 768 meter di atas permukaan laut yang menjadikannya berudara sejuk. Berjajarnya bangunan kuno bergaya Art Deco, dan sejarahnya sebagai tujuan rekreasi dan belanja para pelancong dalam dan luar negeri, maka Bandung dahulu dijuluki sebgai “Paris of Java” atau Paris van Java.
Saat ini Bandung menjadi salah satu kota tersibuk di Indonesia. Terlebih sejak dibukanya Tol Cipularang yang menghubungkan Bandung-Jakarta, maka banyak orang Jakarta yang datang ke Bandung saat akhir pekan untuk berjalan-jalan, bersantai, atau menghilangkan kepenatan dari rutinitas ibu kota yang sesak.
Sebuah kaleidoskop penuh warna dapat Anda mulai dari tempat perbelanjaan (factory outlet, butik, distro, dan mall), gemerlapnya malam, berbagai macam kuliner bercita rasa, bangunan-bangunan berarsitektur Art Deco yang megah, juga kesenian tradisional yang mengagumkan merupakan alasan mengapa Anda selayaknya datang ke kota unik ini.
Kota Bandung dapat memberikan Anda pengalaman tersendiri yang bersifat pribadi dan unik, karena memang inilah yang diharapkan oleh masyarakat Bandung kepada setiap pengunjungnya.
Jangan lewatkan untuk mengamati bagaimana langgam Art Deco dari bangunan-bangunan di Kota Bandung. Langgam Art Deco cukup populer di Indonesia, khususnya pada gedung-gedung lama hasil rancangan arsitek Belanda di Indonesia sekitar tahun 1920-an. Banyak gedung yang didirikan dari periode tersebut dianggap mewakili arsitektur Art Deco, dan koleksi terlengkap konon terdapat di Kota Bandung.
Lagam Art Deco yang berasal dari Perancis merupakan suatu campuran arsitektur yang mengagumkan dari beragam gaya, termasuk gaya Eropa masa lampau, arsitektur Maya, Aztec, dan China, serta gaya modern yang dipengaruhi kubisme, futurisme, dan ekspresionisme. Amati oleh Anda bagaimana gaya dekoratifnya yang megah dan elegan ini memiliki karakter bentuk geometris yang kuat, warna mencolok, dan garis yang tajam.
Tahun 2001 Kota Bandung dianugerahi predikat peringkat 9 dari 10 World Cities of Art Deco sebagai kota yang banyak memiliki koleksi gedung lama berlanggam Art Deco. Beberapa gedung yang sering ditafsirkan berlanggam Art Deco di Bandung adalah Hotel Preanger, Hotel Savoy Homann, Bank Jabar, Jaarbeurs, Gedung Merdeka, serta beberapa pertokoan lama di sepanjang Jalan Braga.
Khusus untuk Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika, tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika pertama tahun 1955, awalnya bernama Societeit Concordia. Dibangun tahun 1895 sebagai gedung klub, kemudian direkonstruksi tahun 1921 oleh CP Wolff Schoemaker. Nuansa konservatif terlihat kental pada pintu masuk utama dengan adanya pilar silinder sederhana bergaya Eropa yang dipercantik dengan lampu kaca pada puncaknya. Demikian juga tempelan ornamen berbentuk geometris pada bidang-bidang vertikal yang memisahkan jendela-jendela memperlihatkan unsur Eropa, gabungannya dengan aksen tradisional berupa ukiran-ukiran pada bagian sudut atas bangunan tampak menarik walaupun tidak dominan. Pada bagian sisi kanan terlihat kesederhanaan unsur modern dengan massa bangunan yang berbentuk bundar dan melingkar mengikuti pola jalan, berbeda dengan penyelesaian massa pada sisi kiri yang cenderung klasik. Selain anda mengamati arsitekturnya maka jangan ragu untuk masuk ke dalam museumnya mengingat kembali bagaimana berlangsungnya Konferensi Asia Afrika yang pertama kali dan telah mempengaruhi pandangan politik negera-negara di Asia dan Afrika.
starfish7-koga.blogspot.com
Related Post:
0 Responses to Bandung | Jawa Barat